LUKA BAKAR
1.1
DEFENISI,
KLASIFIKASI, PENENTUAN LUAS LUKA BAKAR
1.1.1
Defenisi
Luka bakar disebut juga
combustio merupakan respon kulit dan jaringan subkutan terhadap trauma
suhu/termal . Luka bakar dengan ketebalan parsial merupakan luka bakar yang
tidak merusak epitel kulit mupun hanya merusak sebahagian dari epitel. Biasanya
dapat pulih dengan penangananan konservatif. Luka bakar dengan ketebalan penuh
merusak semua sumber-sumber pertumbuhan kembali epitel kulit dan bisa
membutuhkan eksisi dan cangkok kulit jika luas.
Luka bakar menyebabkan hilangnya integritas kulit dan juga menimbulkan
efek sistemik yang sangat kompleks. Luka bakar biasanya dinyatakan dengan
derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka bakar. Beratnya luka bergantung
pada dalam, luas dan letak luka. Selain beratnya luka bakar, umur dan keadaan
kesehatan penderita sebelumnya merupakan faktor yang.
1.1.2
Klasifikasi
Kedalaman
luka bakar ditentukan oleh tingginya suhu dan lamanya pajanan suhu tinggi.
Selain api langsung menjilat tubuh, baju yang ikut terbakar juga memperdalam
luka bakar. Adapun klasifikasi derajat
luka bakar, diantaranya :
Klasifikasi
|
Lokalisasi
|
Gejala
|
Penyembuhan
|
Derajat I
Misalnya : tersengat matahari
|
Mengenai epidermis
|
- Nyeri (mild discomfort),
- eritema tanpa lepuh
- Pucat pd
penekanan , bengkak
- tusukan jarum => hiperestesia
|
- 3-4 hari dengan tidak meninggalkan
jaringan parut
- biasanya tidak timbul komplikasi
|
Derajat II a
(Superfisial)
|
Meluas
ke epidermis dan kedalam lapisan dermis
|
- Sangat nyeri
- Lepuhan (+) timbul beberapa menit
- Bula/blister (+)
- Tusukan
jarum รจ hiperestesia (rasa nyeri meningkat)
|
- Penyembuhan 7-14 hari, tanpa
meninggalkan jaringan parut
- Komplikasi jarang terjadi, terkadang
timbul infeksi sekunder pada luka
|
Derajat II b
(Mid Deep dermal)
|
- Meluas keseluruh dermis
- Folikel rambut mungkin utuh
|
- Nyeri
timbul pd luka yg lebih superfisial
- Warna
merah muda
- Tusukan
jarum => hipoestesia (rasa nyeri sedikit)
- Blister/bula => tidak
karakteristik
|
- Penyembuhan kurang lebih 1 bulan.
- Membutuhkan debridement untuk
mengangkat jaringan mati.
-
|
Derajat III
(Full Thickness)
|
Meluas
mulai dari epidermis, dermis dan subkutis
-
|
-
luka kering & warna
putih (waxy white)
-
tusukan jarum =>
anestesi (tdak berasa)
-
Vena dan kapiler
mungkin hangus +
=> aliran darah
|
- Memerlukan waktu yang berbulan-bulan
- Membentuk jaringan parut dan
jaringan tampak seperti kulit yang keras
-
|
Derajat IV
|
Meluas
ke otot, tulang, dan jaringan dalam
|
Gambar :
LB Derajat I
LB Derajat II a LB
Derajat II b
Mengenai
epidermis Meluas ke epidermis dan Meluas
keseluruh dermis
kedalam
lapisan dermis Folikel
rambut mungkin utuh
|
|
LB Derajat III LB
Derajat IV
Meluas mulai dari epidermis, dermis dan
subkutis Meluas
ke otot, tulang, dan
|
|
1.1.3
Penentuan Luas Luka Bakar
Luas luka bakar dinyatakan dalam
persen terhadap luas seluruh tubuh. Pada orang dewasa digunakan “Rumus 9”
dikenal dengan rumus “Rule of Nine”
yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, perut, pinggang dan bokong,
ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai
dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%, sisanya 1% adalah
daerah genitalia. Pada anak dan bayi
digunakan digunakan rumus yang lain karena luas relatif permukaan kepala anak
lebih besar. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil
berbeda, dikenal dengan rumus 10
untuk bayi dan rumus 10-15-20 untuk
anak. Pada anak : kepala, leher 15%,
badan depan dan belakang masing-masing 20%, ekstremitas atas kanan dan kiri
masing-masing 10%, ekstremitas bawah kanan dan kiri masing-masing 15%.
|
Beratnya luka bakar biasanya
dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka bakar. Walaupun
demikian, beratnya luka bergantung pada dalam, luas dan letak luka. Umur dan
keadaan kesehatan penderita sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis.
Selain dalam dan luasnya luka bakar, prognosis dan penanganan ditentukan oleh
letak luka, usia dan keadaan kesehatan penderita. Perawatan daerah perineum,
ketiak, leher dan tangan sulit, antara lain karena mudah mengalami kontraktur,
lanjut daya kompensasinya lebih rendah, maka bila terbakar digolongkan ke dalam
golongan berat.
1.2 ETIOLOGI
LUKA BAKAR
Penyebab luka bakar tersering adalah
terbakar api langsung yang dapat dipicu atau diperparah dengan adanya cairan
yang mudah terbakar seperti bensin, cairan dari tabung pemantik api, yang akan
menyebabkan luka bakar pada seluruh atau sebagian tebal kulit. Pada anak,
kurang lebih 60% luka bakar yang
disebabkan oleh air panas yang terjadi pada kecelakaan rumah tangga, pada umumnya meruoakan luka bakar
superfisial, tetapi dapat juga mengenai seluruh ketebalan kulit (derajat tiga).
Penyebab
luka bakar lainnya adalah pajanan dari sinar matahari, listrik maupun bahan
kimia. Bahan kimia ini bisa berupa asam atau basa kuat. Asam kuat menyebabkan
nekrosisi koagulasi, denaturasi protein, dan rasa nyeri yang hebat. Asam
hirofluorida mampu menembus jaringan sampai kedalam dan menyebabkan toksisitas
sistemik yang fatal, bahkan pada luka yang sekecil sekalipun. Alkali atau basa
kuat yang banyak terdapat dalam rumah tangga antara lain pemutih pakaian
(bleaching), berbagai cairan pembersih, dll. Luka bakar yang disebabkan basa
kuat akan menyebabkan jaringan mengalami nekrosis yang mencair (liquevactive
necrosis). Kemampuan alkali menembus jaringan lebih kaut lebih dalam dari pada
asam, kerusakan jaringan lebih berat karena sel mengalami dehidrasi terjadi
denaturasi protein dan kolagen. Rasa sakit baru timbul belakangan sehingga
penderita sering terlambat datang untuk berobat dan kerusakan jaringan sudah
meluas. Selain penyebab di atas juga ada yang disebabkan oleh suhu dingin dan
radiasi.
1.2.1 Manifestasi
Klinis Luka Bakar
1.2.2 Tanda
dan gejala luka bakar berdasarkan derajat luka bakar:
Luka bakar derajat 1 (superficial thickness burn)
Yaitu
jika luka bakar hanya mengenai lapisan kulit paling luar (epidermis).Tanda dan
gejalanya hanya berupa kemerahan (eritema), pembengkakan dan disertai rasa
nyeri pada lokasi luka. Tidak dijumpai adanya lepuhan (blister). Kebanyakan
luka bakar akibat radiasi sinar ultra violet (sunburn) termasuk dalam luka
bakar derajat 1.
Luka bakar derajat 2 (partial
thickness burn)
Yaitu
jika luka bakar mengenai epidermis hingga lapisan kulit di bawahnya
(dermis).Luka bakar derajat 2 dibagi menjadi:
a. Luka bakar derajat 2 dangkal
(superficial partial thickness burn),
jika
luka bakar mengenai hingga lapisan dermis bagian atas. Tanda dan gejalanya
berupa kemerahan(eritema), tampak ada lepuhan (blister), yaitu gelembung yang
berisi cairan, dan disertai rasa nyeri.
b. Luka bakar derajat 2 dalam (deep
partial thickness burn),
jika
luka bakar mengenai hingga lapisan dermis bagian bawah.Tanda dan gejalanya
berupa kemerahan (eritema), tampak ada lepuhan (blister), tetapi kadang-kadang
tidak disertai rasa nyeri jika ujung saraf sudah rusak.
2. Luka bakar derajat 3 (full thickness
burn)
Yaitu
jika luka bakar mengenai seluruh lapisan kulit (epidermis, dermis dan jaringan
subkutan).Tanda dan gejalanya berupa luka bakar yang tampak putih pucat atau
justru tampak hangus, dan kadang-kadang disertai jaringan nekrotik yang keras
berwarna hitam, tetapi tanpa disertai rasa nyeri karena ujung saraf sudah
rusak. Tidak tampak ada lepuhan (blister). Pada luka bakar derajat 3, kapiler
darah, folikel rambut dan kelenjar keringat juga sudah rusak. Biasanya luka
bakar derajat 3 dikelilingi oleh luka bakar derajat 1 dan 2. Luka bakar yang
sangat berat dapat mengenai otot dan tulang.
1.2.3 Tanda
dan gejala lainnya
yang
dapat timbul jika saluran pernapasan juga terpapar api atau korban menghirup
asap, antara lain: rambut hidung tampak hangus, lendir hidung berwarna hitam,
perubahan suara, batuk, mengi, hingga kesulitan bernapas.
1.2.4 Luas
Luka Bakar
Perhitungan luas luka bakar
berdasarkan “rule of nine” dan wallace:
Luas luka bakar dinyatakan dalam
persen terhadap luasseluruh tubuh. pada orang dewasa digunakan “rumus 9”, yaitu
luas kepala dan leher, dada, punggung, perut pinggang, dan bokong, ekstremitas
atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, paha kanan, tungkai
dan kiri masing-masing 9%, sisanya 1% adalah daerah genetalia. Rumus ini
membantu untuk menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang
dewasa.
Pada anak dan bayi digunakan rumus
lain karena luas relatif permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas
relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan bagian
tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20 untuk
anak-anak.
Untuk anak, kepala dan leher 15%,
badan depan dan belakang masing-masing 20%, ekstremitas atas kanan dan kiri
masing-masing 10 %, ekstremitas bawah kanan dan kiri masing-masing 15%.
1.2.5 Pembagian
Luka Bakar:
1. Berat atau kritis :
a. Derajat 2 : lebih 25%
b. Derajat 3 : lebih dari 10% atau
terdapat di muka, tangan dan kaki
c. Luka bakar disertai trauma jalan nafas
atau jaringan lunak luas, fraktura.
d. Luka bakar akibat listrik
2. Sedang:
a. Derajat 2 : 15-25%
b. Derajat 3 : kurang dari 10%, kecuali
muka, tangan dan kaki.
3. Ringan :
a. Derajat 2: kurang dari 15%
1.2.6 Indikasi Rawat Inap:
1. Derajat 2 : lebih dari 15% pada orang
dewasa dan lebih 10% pada anak.
2. Derajat 2 : pada muka, tangan, kaki dan
perineum.
3. Derajat 3 : lebih dari 2% pada orang
dewasa dan setiap derajat 3 pada anak
4. Luka bakar yang disertai visera, tulang
dan jalan nafas.
1.3 Patofisiologi luka bakar
Kulit adalah organ terluar tubuh
manusia dengan luas 0,025 m2 pada anak baru lahir sampai 1 m2 pada orang
dewasa.Apabila kulit terbakar atua terpajan suhu tinggi,pembuluh kapiler
dibawahnya,area sekitarnya dan area yang jauh sekalipun akan rusak dan
menyebabkan permeabilitasnya meningkat.Terjadilah kebocoran cairan intrakapilar
ke interstisial sehingga terjadi udem dan bulla yang mengandung banyak
elektrolit.Rusaknya kulit akibat luka bakar akan mengakibatkan hilangnya fungsi
kulit sebagai barier dan penahan penguapan.
Kedua penyebab diatas dengan cepat
menyebabkan berkurangnya cairan intravaskular.Pada luka bakar yang luasnya
kurang dari 20%, mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya.Bila kulit
yang tebakar luas (lebih dari 20%),dapat terjadi shock hipovolemik disertai
gejala yang khas,seperti gelisah,pucat,dingin,berkeringat,nadi kecil dan
cepat,tekanan darah menurun,dan produksi urin berkurang.Pembengkakan terjadi
perlahan,maksimal terjadi setelah 8 jam.
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu
tinggi rusak dan permeabilitas meninggi.sel darah yang ada didalamnya ikut
rusak sehingga dapat terjadi anemia.
Pada kebakaran dalam ruang tertutup
atau bila luka terjadi diwajah,dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas karna
gas,asap,atau uap panas yang terhirup.Udem laring yang ditimbulkannya dapat
menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala sesak
napas,takipnea,stridor,suara parau,dan dahak berwarna gelap akibat jelaga.
Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau
gas beracun lainnya.Karbonmonoksida sangat kuat terikat dengan hemoglobin
sehingga hemoglobin tidak mampu lagi mengikat oksigen.Tanda keracunan ringan
yaitu lemas,bingung,pusing,mual,dan muntah.Pada keracunan yang berat terjadi
koma.bila lebih dari 60% hemoglobin terikat CO,penderita dapat meninngal.
Setelah 12-24 jam permeablitas kapiler
mulai membaik dan terjadi mobilisasi serta penyerapan kembali cairan dari ruang
interstisial ke pembuluh darah yang ditandai dengan meningkatnya diuresis.
Luka bakar umumnya tidak
steril.Kontaminasi pada kulit mati yang merupakan medium yang baik untuk
pertumbuhan kuman,akan mempermudah infeksi.Infeksi ini sulit diatasi karena
daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh kapiler yang mengalami
trombosis.Padahal,pembuluh ini membawa sistem pertahanan tubuh atau
antibiotik.Kuman penyebab infeksi pada luka bakar,selain berasal dari kulit
penderita sendiri,juga dari kontaminasi kuman saluran napas dan kontaminasi
kuman dilingkungan rumah sakit.Infeksi nosokomial* biasanya sangat berbahaya
karena kumannya banyak yang sudah resisten terhadap berbagai antibiotik.
Pada awalnya,infeksi biasanya
disebabkan oleh kokus gram positif yang bersal dari kulit sendiri atau dari
saluran napas,tapi kemudian dapat terjadi invasi kuman gram negatif.
pseudomonas aeruginosa yang dapat
menghasilkan eksotoksin protease dan toksin lain yang berbahaya,terkenal sangat
agresif dalam invasinya pada luka bakar.infeksi pseudomonas dapat dilihat dari
warna hijau pada kasa penutup pada luka bakar.Kuman memproduksi enzim
penghancur keropeng yang bersama dengan eksudasi oleh jaringan granulasi
membentuk nanah.
Infeksi ringan dan noninvasif (tidak
dalam) ditandai dengan keropeng yang mudah terlepas dengan nanah yang
banyak.infeksi yang invasif ditandai dengan keropeng yang kering dengan perubahan jaringan ditepi keropeng ang
mula-mula sehat menjadi nekrotik : Akibatnya ,luka bakar yang mula-mula derajat
2 menjadi derajat 3.Infeksi kuman menimbulkan vaskulitis pada pembuluh kapiler
dijaringan yang terbakar dan menimbulkan trombosis.
Bila penderita dapat mengatasi
infeksi,luka bakar derajat 2 dapat sembuh dengan meninggalkan cacat berupa
parut.Penyembuhan ini dimulai dari sisa elemen epitel yang masih vital,misalnya
sel kelenjar sebasea ,sel basal,sel pembuluh keringat,atau sel pangkal
rambut.Luka bakar derajat 2 yang dalam mungkin meninggalkan parut hipertrofik
yang nyeri,gatal,kaku,dan secara eksterik sanagt jelek.
Luka bakar derajat 3 yang dibiarkan
sembuh sendiri akan mengalami kontraktur.Bila ini terjadi di persendian; fungsi
sendi dapat berkurang atau hilang.
Pada luka bakar berat dapat ditemukan
ileus paralitik.Pada fase akut,peristaltis usus menurun atau berhenti karena
syok.Juga peristalsis dapat menurun karena kekurangan ion Kalium.
Stres atau beban faali serta
hipoperfusi daerah splangnikus pada penderita luka bakar berat dapat
menyebabkan terjadinya tukak dimukosa lambung atau duodenum dengan gejala yang
sama dengan gejala tukak peptik.Kelainan ini dikenal sebagai tukak curliung
atau stres ulcer.Aliran darah kelambung berkurang sehinga terjadi iskemia
mukosa.Bila keadaan ini berlanjut,dapat timbul ulkus akibat nekrosis mukosa
lambung.Yang dikhawatirkan pada tukak curling ini adalah penyulit pendarahan
yang tampil sebagai hematemesis dan /atau melena.
Fase permulaan luka bakar merupakan
fase katabolisme sehingga keseimbangan protein menjadi negatif.Protein tubuh
banyak hilang karena eksudasi,metabolisme tinggi dan mudah terjadi
infeksi.Penguapan berlebihan dari kulit yang rusak juga memerlukan kalori
tambahan.Tenaga yang diperlukan tubuh pada fase ini terutama didapat dari
pembakaran protein dari otot skelet.Oleh karena itu,penderita menjadi sangat
kurus,otot mengecil,dan berat badan menurun.Kecacatan akibat luka bakar bisa
sangat hebat,terutama bial mengenai wajah.Penderita mungkin mengalami beban
kejiwaan berat akibat cacat tersebut,sampai bisa menimbulkan gangguan jiwa yang
disebut schizophrenia postburn.
1.4 Diagnosa, Pemeriksaan Fisik, dan
Pemeriksaan Penunjang Luka Bakar
1.4.1 Diagnosa
Diagnosa ditegakkan berdasarkan
gejala dan pemeriksaan fisik.
Diagnosis
luka bakar harus meliputi:
1. Etiologi
2. Derajat luka bakar
3. Luas luka bakar
1.4.2
Diagnosis luka Bakar
Berdasar
:
1.
Luas luka bakar
2.
Derajat (kedalaman) luka bakar
3.
Lokalisasi
4.
Penyebab:
Panas
bukan merupakan satu-satunya penyebab dari luka bakar, beberapa jenis bahan
kimia dan arus listrik juga bisa menyebabkan terjadinya luka bakar.
Biasanya
bagian tubuh yang terbakar adalah kulit, tetapi luka bakar juga bisa terjadi
pada jaringan di bawah kulit, bahkan organ dalampun bisa mengalami luka bakar
meskipun kulit tidak terbakar.
Sebagai
contoh, meminum minuman yang sangat panas atau zat kaustik (misalnya asam) bisa
menyebabkan luka bakar pada kerongkongan dan lambung. Menghirup asap dan udara
panas akibat kebakaran gedung bisa menyebabkan terjadinya luka bakar pada
paru-paru.
Luka
bakar listrik bisa disebabkan oleh suhu diatas 4982? Celsius, yang dihasilkan
oleh suatu arus listrik yang mengalir dari sumber listrik ke dalam tubuh
manusia. Resistensi (kemampuan tubuh untuk menghentikan atau memperlambat
aliran listrik) yang tinggi terjadi pada kulit yang bersentuhan dengan sumber
listrik, karena itu pada kulit tersebut banyak energi listrik yang diubah
menjadi panas sehingga permukaannya terbakar.
Luka
bakar listrik juga menyebabkan kerusakan jaringan dibawah kulit yang sangat
berat. Ukuran dan kedalamannya bervariasi dan bisa menyerang bagian tubuh yang
jauh lebih luas daripada bagian kulit yang terluka.
Kejutan
listrik yang luas bisa menyebabkan kelumpuhan pada sistem pernafasan dan
gangguan irama jantung sehingga denyut jantung menjadi tidak beraturan.
Luka
bakar kimia bisa disebabkan oleh sejumlah iritan dan racun, termasuk asam dan
basa yang kuat, fenol dan kresol (pelarut organik), gas mustard dan fosfat.
1.4.3 Pemeriksaan
Fisik
◦
Keadaan umum : Tanda – tanda vital, pernafasan
◦
Tentukan lokasi luka bakar
◦
Tentukan luas luka bakar ( sistem 9 )
Pemeriksaan
penunjang
1. DPL
2. Ureum dan
elektrolit
3. Jika curiga
trauma inhalasi: rontgen toraks, gas darah arteri, perkiraan CO
4. Golongan
darah dan cross match
5. EKG/enzim
jantung dengan luka bakar listrik
1.5 PENATALAKSANAAN
LUKA BAKAR
Upaya pertama saat terbakar adalah
mematikan api pada tubuh,misalnya dengan menyelimuti dan menutup bagian yang
terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen pada api yang menyala .Korban dapat
mengusahakannya dengan cepat menjatuhkan diri dan berguling agar bagian pakaian
yang terbakar tidak meluas .kontak dengan bahan yang panas juga harus cepat di
akhiri ,misalnya dengan mencelupkan bagian yang terbakar atau menceburkan diri
ke air dingin ,atau melepaskan baju yang tersiram air panas.
Pertolongan pertama setelah sumber
panas dihilangkan adalah merendam daerah luka bakar dalam air atau menyiramnya
dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas menit.Upaya
pendinginan ini,dan upaya mempertahankan suhu dingin pada jam pertama akan
menghentikan proses koagulasi protein sel dijaringan yang terpajan suhu tinggi
yang akan terus berlangsung walaupun api telah dipadamkan ,sehingga destruksi
tetap meluas.Oleh karena itu ,merendam bagian -bagian yang terbakar selama lima
belas menit pertama dalam air sangat bermanfaat untuk menurunkan suhu jaringan
sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil ,luka yang sebenarnya menuju
derajat dua dapat berhenti pada derajat satu,atau luka yang akan menjadi
tingkat tiga dihentikan pada tingkat dua atau satu.Pencelupan atau penyiraman
dapat dilakukan dengan air apa saja yang dingin,tidak usah steril.
Pada luka bakar ringan,prinsip
penanganan utama adalah mendinginkan daerah yang terbakar dengan air,mencegah
infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa
sel epitel untuk berproliferasi,dan menutup permukaan luka.Luka dapat dirawat
secara tertutup dan terbuka.
Pada luka bakar luas dan dalam ,pasien
harus segera dibawa kerumah sakit terdekat yang punya tenaga terlatih dan unit
luka bakar yang memadai untuk penanganan luka bakar tersebut.Dalam perjalanan
penderita sudah dilengkapi dengan infuse dan penutup kain yang bersih serta
mobil ambulans atau sejenisnya yang bisa membawa penderita dalam posisi
tidur(Telentang/telungkup).
Walaupun terdapat trauma penyerta,luka
bakarlah yang paling berpotensi menimbulkan mortalitas dan morbiditas.Jika
trauma penyerta yang lebih berpotensi tinggi menimbulkan mortalitas dan
morbiditas,pasien distabilkan terlebih dahulu ditrauma center sebelum
ditransfer ke unit luka bakar.
Pasien anak sebaiknya tidak dirawat
dirumah sakit yang tidak memiliki
petugas dan fasilitas pelayanan pediatric yang memadai,demikian juga penderita
luka bakar yang memerlukan penanganan khusus masalah emosional dan sosial atau
memerlukan tindakan rehabilitative khusus.
Pada luka bakar berat,selain
penanganan umum seperti pada luka bakar ringan,kalau perlu dilakukan resusitasi
segera bila penderita menunjukkan gejala syok. Bila penderita menunjukkan
gejala terbakarnya jalan napas ,diberikan campuran udara lembab dan
oksigen.Kalau terjadi udem laring ,dipasang pipa endotrakea atau dibuat
trakeostomi.Trakeostomi berfungsi untuk membebaskan jalan napas,mengurangi
ruang mati dan memudahkan pembersihan jalan napas dari lender atau kotoran
.Bila ada dugaan keracunan CO,segera diberikan oksigen murni.
Luka akibat asam hidrofluorida perlu
dilavase(cuci bilas) sebanyak-banyaknya dan diberi gel kalsium glukonat
tropical.Pemberian kalsium sistemik juga diperlukan karena asam hidrofluorida
mengendapkan kalsium pada luka bakar.
Perawaan local adalah mengoleskan luka
dengan antiseptic dan membiarkannya terbuka untuk perawatan terbuka atau
menutupnya dengan pembalut steril untuk perawatan tertutup.Kalau perlu ,penderita dimandikan
dahulu.
1.5.1 Pemberian Cairan intravena:
Sebelum infuse diberikan ,luas dan
dalamnya luka bakar harus ditentukan secara teliti.kemudian ,jumlah cairan
infuse yang akan diberikan dihitung .Ada beberapa cara untuk menghitung
kebutuhan cairan ini.
1.5.2 Cara evans adalah sebagai berikut :
1).luas luka dalam persen x berat
badan dalam kg menjadi mL Nacl per 24 jam.
2).Luas luka dalam persen x berat
badan dalam kg menjadi mL plasma per 24 jam. Keduanya merupakan pengganti
cairan hilang akibatya udem.Plasma diperlukan untuk mengganti plasma yang
keluar dari pembuluh dan meninggikan tekanan osmosis sehingga mengurangi
perembasan keluar dan menarik kembali cairan yang telah keluar .
3).Sebagai pengganti cairan yang
hilang akibat penguapan ,diberikan 2.000cc glukosa 5% per 24 jam.
Separuh jumlah 1+2+3 di berikan dalam
8 jam pertama.sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya .Pada hari kedua
diberikan setengah jumlah cairan ini
pertama.Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama.Pada hari
ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.Penderita mula-mula
dipuaskan karena peristalsis usus terhambat pada keadaan pasyok,dan mulai
diberikan minum segera setelah fungsi usus normal kembali.Kalau dieresis pada
hari ketiga memuaskan dan penderita dapat minum tanpa kesulitan,infuse dapat
dikurangi,bahkan dihentikan .
Cara lain yang banyak di pakai dan
lebih sederhana adalah menggunakan rumus Baxter,yaitu luas luka bakar
dalam persen x berat badan dalam kg x 4
ml larutan ringer.
Separuh dari jumlah cairan ini
diberikan dalam 16 jam.Hari pertama terutama diberikan kristaloid yaitu larutan
ringer-laktat.Hari kedua diberikan setengah cairan hari pertama.
Pemberian cairan dapat ditambah(jika
perlu),misalnya bila penderita dalam keadaan syok,atau jika diuresis
kurang.Untuk itu,pemantauan yang ketat sangat penting,karena fluktuasi
perubahan keadaan sangat cepat terutama pada fase awal luka bakar.
Besarnya kehilangan cairan pada luka
bakar luas disertai resusitasi yang tidak betul dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit .Hiponatremia sebagai gejala keracunan air dapat
menyebabkan udem otak dengan tanda kejang-kejang.Kekurangan ion K akibat
banyaknya kerusakan sel dapat diketahui dari EKG yang menunjukkan depresi
segmen ST atau gelombang U.Ketidakseimbangan elektrolit ini juga harus
dikoreksi namun bukan menjadi prioritas utama dalam resusitasi cairan emergensi
manajemen primer pasien trauma.
1.5.3 Obat-obatan :
Antibiotik sistemik spectrum luas
diberi kan untuk mencegah infeksi .Yang banyak dipakai adalah golongan
aminoglikosida yang efektif terhadap pseudomonas.Bila ada infeksi ,antibiotic
diberikan berdasarkan hasil biakan dan uji kepekaan kuman.Tercantum pada table
diberikan secara rutin
Minuman
di berikan pada penderita luka bakar
-Segera
setelah peristalsis menjadi normal
-Sebanyak
25 mL/hari
-Sampai
dieresis sekurang-kurangnya mencapai 30mL/jam
Makanan
diberikan oral pada penderita luka bakar:
-Segera
setelah dapat minum tanpa kesulitan
-Sedapat
mungkin 2500 kalori/hari
-Sedapat
mungkin mengandung 100-150 gr protein/hari
Sebagai
tambahan diberikan setiap hari:
-Vitamin
A,B dan D
-Vitamin
C 500 mg
-Fe
sulfat 500 mg
-mukoprotektor
|
Untuk mengatasi nyeri ,paling baik
diberikan opiate melalui intravena dalam dosis serendah mungkin yang bisa
menghasilkan analgesia yang adekuat namun tanpa disertai hipotensi.
Selanjutnya,diberikan pencegahan
tetanus berupa ATS dan atau toksoid.
Nutrisi:Nutrisi harus diberikan cukup
untuk menutup kebutuhan kalori dan keseimbangan nitrogen yang negative pada
fase katabolisme,yaitu sebanyak 2.500-3.000 kalori sehari dengan kadar protein
tinggi.
Pada masa kini,tiap unit luka bakar
sudah menerapkan pemberian dini nutrisi enteral melalui selang nasogastrik
untuk mencegah terjadinya ulkus curling dan memenuhi kebutuhan status
hipermetabolisme yang terjadi pada fase akut luka bakar.Nutrisi enternal ini
diberikan melalui selang nasogastrik yang sekaligus berfungsi untuk
mendekompresi lambung.
Penderita yang sudah mulai stabil
keadaannya memerlukan fisioterapi untuk memperlancar peredaran darah dan
mencegah kekuatan sendi .Kalau perlu ,sendi diistrahatkan dalam posisi
fungsional dengan bidai.
1.5.4 Penanganan Lokal
Luka bakar derajat satu dan dua yang
menyisakan elemen epitel berupa kelenjar sebasea,kelenjar keringat ,atau
pangkal rambut,dapat diharapkan sembuh sendiri,asal dijaga supaya elemen epitel
tersebut tidak hancur atau rusak karena infeksi.Pada luka lebih dalam perlu
diusahakan secepat mungkin membuang jaringan mati dan member obat topical yang
daya tembusnya tinggi sampai mencapai dasar jaringan mati.Perawatan setempat
dapat dilakukan secara terbuka atau tertutup.
Masih banyak kontroversi dalam
pemakaian obat-obatan topical,tetapi yang penting obat topical tersebut membuat
luka bebas infeksi,mengurangi rasa nyeri,bisa menembus eskar dan mempercepat
epitalasi.Ada beberapa jenis obat yang dianjurkan seperti golongan silver
sulfadiazine dan yang terbaru MEBO(moist exposure burn ointment).
Obat topical yang dipakai dapat
berbentuk larutan,salep,atau krim.Antibiotik dapat diberikan dalam bentuk
sediaan kasa.Antiseptik yang dipakai adalah yodium povidon atau nitras-argenti
0,5%.Kompres nitras-argenti yang selalu dibasahi tiap 2 jam efektif sebagai
bakteriostatik untuk semua kuman.Obat ini mengendap sebagai garam sulfide atau
klorida yang memberi warna hitam sehingga mengotori semua kain.Krim silver
sulfadiazine 1% sangat berguna karena
bersifat bakteriostatik,mempunyai daya tembus yang cukup ,efektif terhadap
semua kuman,tidak menimbulkan resistensi dan aman.Krim ini dioleskan tanpa
pembalut,dan dapat dibersihkan dan diganti setiap hari.
Keuntungan perawatan terbuka adalah
mudah dan murah.Permukaan luka yang selalu terbuka menjadi dingin dan kering
sehingga kuman sulit berkembang.kerugiannya,bila digunakan obat
tertentu,misalnya nitras-argenti,alas tidur menjadi kotor.penderita dan
keluarga pun merasa kurang enak karena melihat luka yang tampak kotor.Sedapat
mungkin luka dibiarkan terbuka setelah diolesi obat.
Perawatan tertutup dilakukan dengan
memberikan balutan yang dimaksudkan untuk menutup luka dari kemungkinan
kontaminasi,tetapi tutupnya sedemikian
rupa sehingga masih cukup longgar untuk berlangsungnya penguapan.Keuntungan
perawatan tertutup adalah luka tampak rapi,terlindung dan enak bagi penderita
.Hanya diperlukan tenaga dan dana lebih banyak karena dipakaianya banyak
pemablut dan antiseptic kadang suasana luka yang lembap dan hangat memungkinkan
kuman untuk berkembang biak.Oleh karena itu ,bila pembalut melekat pada
luka,tetapi tidak bebrbau,sebaliknya jangan dilepaskan,tetapi ditunggu sampai
terlepas sendiri .sedapat mungkin luka ditutup kasa penjerap setelah itu
dibubuhi dan dikompres dengan antiseptic.
1.5.5 Tindakan
Bedah
Pemotongan eskar atau eskarotomi
dilakukan pada luka bakar derajat tiga yang melingkar pada ekstremitas atau
tubuh karena pengerutan keropeng dan pembengkakan yang terus berlangung dapat
mengakibatkan penjepitan yang membahayakan sirkulasi sehingga bagian distal bisa
mati.Tanda dini penjepitan adalah nyeri ,kemudian kehilangan daya rasa sampai
kebas pada ujung-ujung distal.Keadaan ini harus cepat ditolong dengan membuat
irisan memanjang yang membuka keropeng sampai penjepitan terlepas.
Debrideman diusahakan sedini mungkin
untuk membuang jaringan mati dengan jalan eksisi tangensial.Tindakan ini
dilakukan sesegera mungkin setelah keadaan penderita menjadi stabil karena
eksisi tangensial juga menyebabkan perdarahan .Biasanya eksisi dini ini
dilakukan pada hari ke-3 sampai hari ke-7,dan pasti boleh dilakukan pada hari
ke-10,eksisi tangensial sebaiknya tidak dilakukan lebih dari 10% luas permukaan
tubuh,karena dapat terjadi perdarahan yang cukup banyak.
Luka bakar yang telah dibersihkan atau
luka granulasi dapat ditutup dengan skin graft yang umumnya diambil dari kulit
penderita sendiri (skin graft autologus).Penutupan luka bakar dengan bahan
biologis seperti kulit mayat atau kulit binatang atau amnion manusia dapat
dilakukan jika terdapat keterbatasan luas kulit penderita atau keadaan
penderita terlalu payah. Walaupun kemungkinan ditolak,bahan tersebut dapat
berfungsi sementara sebagai penghalang penguapan berlebihan ,pencegahan infeksi
yang lebih parah,dan mengurangi nyeri,namun sedikit demi sedikit penutup
sementara ini harus diganti dengan kulit penderita sendiri sebagai penutup
permanen .
Sebaiknya pada penderita luka bakar
derajat dua dalam dan derajat tiga dilakukan skin grafting untuk mencegah
terjadinya keloid dan jaringan parut yang hipertropik.Skin grafting dapat dilakukan
sebelum hari kesepuluh ,yaitu sebelum timbulnya jaringan granulasi.
Saat ini telah banyak terdapat
material pengganti kulit(skin substitute) yang dapat digunakan jika skin
grafting tidak bisa dilakukan.Skin substitute ini antara lain integra,aloderm,dan
dermagraft.Aloderm adalah dermis manusia yang elemen-elemen epitelnya telah
dibuang sehingga secara teoritis bersifat antigen ,dan berfungsi sebagai
kerangka pengganti dermis.Dermagraft merupakan hasil pembiakan fibrolas
tneonatus yang digabung dengan membrane silicon,kolagen babi,dan jaring
nilon.Setelah dua minggu membrane
silicon dikelupas dan digantikan dengan STSG(split thickness skin
graft),Integra merupakan analog dermis yang terbuat dari lapisan kolagen dan
kondroitin di tambah lapisan silicon tipis.
1.6 Prognosis dan komplikasi luka
bakar
1.6.1 Prognosis
Prognosis
dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dn luasnya permukaan
luka bakar dan penenganan syok hingga penyembuhan. Selain itu faktor letak
daerah terbakar, usia, dan keadaan kesehatan penderita juga turut menentukan
kecepetaan kesembuhan. Luka bakar pada daerah perinium, ketiak, leher, dan
tangan sulit dalam perawatannya, karena mudah mengalami kontraktur.
1. Kedalaman luka bakar
2. Derajat I (luka bakar
superfisial)
Luka
bakar hanya terbatas pada lapisan epidermis. Luka bakar dengan derajat ini
ditandai dengan kemerahan yang biasanay akan sembuh tanpa jaringan parut dalam
waktu 5-7 hari.
1. Derajat II (luka bakar dermis)
Luka
bakar derajat dua mencapai kedalaman dermis tapi masih ada elemen epitel yang
tersisa seperti sel epitel basal, klenjar sebasea, kelenjar keringat, folikel
rambut, sehingga luka akan sembuh dengan waktu 10-21 hari.
Luka
bakar derajat II dibedakan menjadi :
a. Derajat II dangkal, dimana
kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis dan penyembuhan terjadi
secara spontan dalam waktu 5-10 hari.
b. Derajat II dalam, dimana
keruskan mengenai hampir seluruh baggian dermis. Bila kerusakn lebih dalam
mengenai dermis subyektif dirasakan nyeri. Penyembuhan yang terjadi lebih lama
tergantung pada bagian yang memiliki kemampuan reproduksi.
2. Derajat III
Luka
bakar meliputi seluruh kedalaman kuli, mungkin subkulit, atau organ yang lebih
dalam. Oleh karena itu tidak ada lgi epitel yang hidup maka untuk mendapatkan
kesembuhan harus dilakukan cangkok kulit. Koagulasi protein yang terjadi
berwarna puith, tidak ada bula, dan tidak ada nyeri.
1.6.2
Komplikasi
1.6.2.1
Hipertropi jaringan parut.
Terbentuknya
hipertropi jaringan parut pada luka bakar dipengaruhi oleh :
a) Kedalaman
luka bakar
b) Sifat
kulit
c) Usia
pasien
d) Lamanya
waktu penutupan kulit
e) Penanduran
kulit
Jaringan
kulit menglami pembetukan secara efekif pada sebulan post luka, dengan warna
berubah menjadi merah – merah tua – sampai coklat dan teraba keras, setelah
12-18 bulan jaringan parur akan matur dan warna coklat muda akan teraba lembut
/ lemas.
1.6.2.2
Kontraktur
Kontaktur
dapat menyebabkan gangguan fungsi pergerakan. Beberapa tindakan yang dapat
mencegah kontraltur adalah :
a) Pemberian
posisi yang baik dan benar sejak dini
b) Ambulasi
yang dilakukan pada 2-3 kali/hari segera mungkin pada pasien yang terpasang
alat invasive, molisasi dibantu.
c) Pressure
garment adalah pakaian yang dapat memberikan tekanan yang bertujuan menekan
timbulnya hipertropi scar (menghambat mobilisasi dan mendukung terjadinya
kontrakatur )
1.7 Sistem rujukan
1.7.1 Definisi
sistem rujukan
Sistem
rujukan adalah suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yang memungkinkan
terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya masalah
dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun
horisontal, kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan dilakukan secara
rasional.
Tantangan
yang harus dihadapi pada sistem rujukan dokter keluarga di indonesia adalah
terkait uu no.29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran. Kewajiban dokter ialah
merujuk ke dokter atau dokter gigi lain yang lebih baik, apabila tidak mampu
melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan (pasal 51)
1.7.2 Klasifikasi
sistem rujukan
1. Menurut tata hubungannya, sistem
rujukan terdiri dari : rujukan internal
dan rujukan eksternal.
a. rujukan internal adalah rujukan
horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam institusi tersebut.
Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke puskesmas induk
b. rujukan eksternal adalah rujukan
yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan kesehatan, baik
horizontal (dari puskesmas rawat jalan
ke puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum
daerah).
2. Menurut lingkup pelayanannya,
sistem rujukan terdiri dari : rujukan medik dan rujukan kesehatan.
1.7.3 Rujukan
medis
Merupakan
bentuk pelimpahan wewenang dan tanggung jawab untuk masalah kedokteran.
Tujuannya adalah untuk mengatasi problem kesehatan, khususnya kedokteran serta
memulihkan status kesehatan pasien.
1.7.4 Jenis-jenis
rujukan medis :
1.7.4.1 rujukan
pasien
Merupakan
penatalaksanaan pasien dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke
strata yang lebih sempurna atau sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut.
1. rujukan ilmu pengetahuan
Merupakan
pengiriman dokter atau tenaga kesehatan yang lebih ahli dari strata pelayanan
kesehatan yang lebih mampu untuk bimbingan dan diskusi atau sebaliknya, untuk
mengikuti pendidikan dan pelatihan.
2. rujukan bahan pemeriksaan
laboratorium
Merupakan
bahan pengiriman bahan-bahan laboratorium dari strata pelayan kesehatan yang
kurang mampu ke strata yang lebih mampu, atau sebaliknya untuk tindak lanjut.
1.7.4.2
Rujukan kesehatan
Merupakan
pelimpahan wewenang dan tanggung jawab untuk kesehatan masyarakat. Dengan
tujuan meningkatkan derajat kesehatan dan ataupun mencegah penyakit yang ada di
masyarakat.
Jenis-jenis
rujukan kesehatan adalah :
a) rujukan
tenaga
b) Merupakan
pengiriman dokter/tenaga kesehatan dari strata pelayanan kesehatan yang lebih
mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk menanggulangi
masalah kesehatan yang ada di masyarakat atau sebaliknya, untuk pendidikan dan
latihan.
c) rujukan
sarana
d) Pengiriman
berbagai peralatan medis/ non medis dari strata pelayanan kesehatan yg lebih
mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk menanggulangi
masalah kesehatan di masyarakat, atau sebaliknya untuk tindak lanjut
e) rujukan
operasional
Pelimpahan
wewenang dan tanggungjawab penanggulangan masalah kesehatan
Masyarakat
dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata pelayanan kesehatan
yang lebih mampu atau sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut.
1.7.5 Alur
rujukan kasus kegawat daruratan :
Dalam
rangka pelaksanaan rujukan diperhatikan hal-hal yang menyangkut tingkat
kegawatan penderita, waktu dan jarak tempuh sarana yang dibutuhkan serta
tingkat kemampuan tempat rujukan.
1.
Dari kader
Dapat
langsung merujuk ke :
a) Puskesmas
pembantu
b) Pondok
bersalin atau bidan di desa
c) Puskesmas
rawat inap
d) Rumah
sakit swasta / rs pemerintah
2.
Dari posyandu
Dapat
langsung merujuk ke :
a) Puskesmas
pembantu
b) Pondok
bersalin atau bidan di desa
3. Dari puskesmas pembantu
Dapat langsung merujuk ke
rumah sakit kelas d/c atau rumah sakit swata
4. Dari pondok bersalin
Dapat langsung ke rumah sakit kelas d/c
atau rumah sakit swasta
Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam merujuk pasien :
1. Pada rujukan penderita gawat darurat, batas
wilayah administrasi (geografis) dapat diabaikan karena yang penting adalah
penderita dapat pertolongan yang cepat dan tepat
2.
Sedangkan untuk penderita yang tidak termasuk gawat darurat dilaksanakan sesuai
dengan prosedur rujukan yang biasa sesuai hierarki fasilitas pelayanan
1.7.6 langkah – langkah rujukan :
Mekanisme
1. Menentukan kegawatdaruratan
penderita
2. Pada tingkat kader
Bila
ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri oleh keluarga/ kader/,
maka segera dirujuk kefasilitas pelayanan kesehatan terdekat, oleh karena
mereka belum tentu dapat menetapkan tingkat kegawatdaruratan.
3. Pada tingkat bidan di desa
Puskesmas
pembantu dan puskesmas tenaga kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan
kesehatan tersebut harus dapat menentukan tingkat kegawatandaruratan kasus yang
ditemui. Sesuai dengan wewenang dan tanggunga jawabnya, mereka harus menentukan
kasus yang boleh ditangani sendiri dan kasus yang harus dirujuk.
2. Menentukan tempat tujuan rujukan
Prinsip
dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang mempunyai
kewenangan dan terdekat. Termasuk fasilitas pelayanan swata dengan tidak
mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.
3. Pemberian informasi kepada penderita dan
keluarganya
Penderita
dan keluarganya perlu diberi informasi tentang perlunya penderita segera dirujuk
untuk mendapat pertolongan fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu
4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan
yang dituju
Melalui
telepon atau radio komunikasi disampaikan kepada tempat rujukan yang tuju untuk
:
a) Memberitahukan
bahwa akan ada penderita yang dirujuk
b) Meminta
petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan selama dalam dalam
perjalanan ke tempat tujuan
c) Meminta
petunjuk cara penanganan untuk menolong penderita bila penderita tidak mungkin
dikirim.
5. Persiapan penderita
a) Sebelum
dikirim, keadaan umum penderita harus diperbaiki terlebih dahulu. Keadaan umum
perlu dipertahankan selama dalam perjalanan. Untuk itu obat-obatan yang
diperlukan untuk mempertahankan keadaan umum perlu disertakan pada waktu pasien
diangkut.
b) Surat
rujukan perlu disiapkan dengan format rujukan
c) Dalam
hal penderita gawat darurat maka seorang perawat/ bidan perlu mendampingi
penderita dalam perjalanan untuk menjaga keadaan umum penderita
6. Pengiriman penderita
Untuk
mempercepat sampai ke tujuan, perlu diupayakan kendaraan/ sarana transportasi
untuk mengangkut penderita
7. Tindak lanjut penderita
A.
Untuk penderita yang telah dikembalikan, dan memerlukan tindak lanjut,
dilakukan tindakan dengan sarana yang diberikan
B.
Bagi penderita yang memerlukan tindak lanjut tapi tidak melapor, maka dilakukan
kunjungan rumah
Penggolongan
tipe rumah sakit berdasarkan kemampuan rumah sakit tersebut memberikan playanan
medis kepada pasien
Rumah
sakit tipe a
Adalah
rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan
subspesialis luas oleh pemerintah ditetapkan sebagai rujukan tertinggi (top
referral hospital) atau disebut pula sebagai rumah sakit pusat.
Rumah
sakit tipe b
Adalah
rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis
terbatas. Rumah sakit ini didirikan disetiap ibukota propinsi yang menampung
pelayanan rujukan di rumah sakit kabupaten.
Rumah
sakit tipe c
Adalah
rumah sakit yang mapu memberikan pelayanan kedokeran spesialis terbatas. Rumah
sakit ini didirikan disetiap ibukota kabupaten (regency hospital) yang
menampung pelayanan rujukan dari puskesmas.
Rumah
sakit tipe d
Adalah
rumah sakit yang bersifat transisi dengan kemampuan hanya memberikan pelayanan
kedokteran umum dan gigi. Rumah sakit ini menampung rujukan yang berasal dari
puskesmas.
Rumah
sakit tipe e
Adalah
rumah sakit khusus (spesial hospital) yang menyalenggarakan hanya satu macam
pelayan kesehatan kedokteran saja. Saat ini banyak rumah sakit kelas ini
ditemukan misal, rumah sakit kusta, paru, jantung, kanker, ibu dan anak.
1.7.7 Rujukan
a) Keadaaan
dimana luka bakar perlu untuk durujuk :
b) Luka
bakar partial thickness (superficial) dengan luas daerah >10%, kecuali luka
bakar yang sangat superfisial
c) Semua
luka bakar full thickness, kecuali daerah yang sangat kecil
d) Semua
luka bakar yang mengenai wajah, mata, telapak tangan, telapak kaki, genitalia,
perineum (sekitar anus) sekalipun daerah luka bakar kurang dari 5-10%
e) Luka
bakar yang melingkar
f) Luka
bakar oleh cairan kimia
g) Luka
bakar akibat aliran listrik (termasuk petir), disebabkan kerusakan jaringan
dalam tubuh dapat terjadi akibat aliran listrik yang masuk ke dalam tubuh
h) Luka
bakar yang mencederai saluran napas
i) Luka
bakar pada usia kurang dari 12 bulan
j) Luka
bakar kecil pada pasien dengan permasalahan sosial, termasuk pada anak yang
berisiko tinggi
Tipe
luka bakar untuk derajat beratnya dan indikasi rawat inap di rumah sakit dapat
dilihat pada tabel derajat berat luka
bakar dan kriteria rawat.
Derajat
berat luka bakar dan kriteria rawat
Tipe luka bakar
Minor / ringan Moderate / sedang Major / berat
Kriteria <10% tbsa pada dewasa
<5%
tbsa pada pasien muda dan tua*
<2%
luka bakar seluruh lapisan 10-20%
tbsa pada dewasa
5-10%
tbsa pada pasien muda dan tua*
2-5%
luka bakar seluruh lapisan
Luka
listrik tegangan tinggi
Tersangka
cedera luka bakar saluran napas
Luka
bakar melingkar
Penyakit
penyerta yang meningkatkan kemungkinan terkena infeksi (cth. Diabetes) >20% tbsa pada dewasa
>10%
tbsa pada pasien muda dan tua*
>5%
luka bakar seluruh lapisan
Luka
listrik tegangan tinggi
Diketahui
luka bakar saluran napas.
Luka
bakar yang jelas pada wajah, mata, telinga, genitalia atau persendian.
Luka
bakar terkait dengan cedera lain yang berat (patah tulang, trauma berat)
Perawatan Pasien rawat jalan Perawatn rumah sakit Rujuk
ke unit spesialis luka bakar
KESIMPULAN
Tindakan Pada luka bakar
penanganan utama adalah merendam daerah luka bakar dalam air atau menyiramnya
dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas menit.Upaya
pendinginan ini,dan upaya mempertahankan suhu dingin pada jam pertama akan
menghentikan proses koagulasi protein sel dijaringan yang terpajan suhu tinggi
yang akan terus berlangsung walaupun api telah dipadamkan ,sehingga destruksi
tetap meluas. merendam bagian -bagian yang terbakar selama lima belas menit
pertama dalam air sangat bermanfaat untuk menurunkan suhu jaringan sehingga
kerusakan lebih dangkal dan diperkecil ,luka yang sebenarnya menuju derajat dua
dapat berhenti pada derajat satu,atau luka yang akan menjadi tingkat tiga
dihentikan pada tingkat dua atau satu.
Obat-Obatan yang dapat diberikan
yaitu:
IVFD RL atau NACL dan juga
bisa Dextrons ( diberikan secara selang seling), Anti titanus (TT), Antibiotic
golongan glikosida, Analgetik.
Cairan yang harus diberikan
Pemberian 6 jam pertama RL
= 182 Gtt/detik, dan 16 jam ke dua diberikan RL 68,2 Gtt/detik.