Jumat, 30 November 2012

Luka Bakar



LUKA BAKAR

1.1         DEFENISI, KLASIFIKASI, PENENTUAN LUAS LUKA BAKAR
1.1.1             Defenisi
Luka bakar disebut juga combustio merupakan respon kulit dan jaringan subkutan terhadap trauma suhu/termal . Luka bakar dengan ketebalan parsial merupakan luka bakar yang tidak merusak epitel kulit mupun hanya merusak sebahagian dari epitel. Biasanya dapat pulih dengan penangananan konservatif. Luka bakar dengan ketebalan penuh merusak semua sumber-sumber pertumbuhan kembali epitel kulit dan bisa membutuhkan eksisi dan cangkok kulit jika luas.  Luka bakar menyebabkan hilangnya integritas kulit dan juga menimbulkan efek sistemik yang sangat kompleks. Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka bakar. Beratnya luka bergantung pada dalam, luas dan letak luka. Selain beratnya luka bakar, umur dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya merupakan faktor yang.
1.1.2             Klasifikasi
Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tingginya suhu dan lamanya pajanan suhu tinggi. Selain api langsung menjilat tubuh, baju yang ikut terbakar juga memperdalam luka bakar.  Adapun klasifikasi derajat luka bakar, diantaranya :
Klasifikasi
Lokalisasi
Gejala
Penyembuhan
Derajat I

Misalnya : tersengat matahari
Mengenai epidermis
-      Nyeri (mild discomfort),
-      eritema tanpa lepuh
-      Pucat  pd penekanan , bengkak
-      tusukan jarum => hiperestesia

-      3-4 hari dengan tidak meninggalkan jaringan parut
-      biasanya tidak timbul komplikasi
Derajat II a

(Superfisial)
Meluas ke epidermis dan kedalam lapisan dermis
-      Sangat nyeri
-      Lepuhan (+) timbul beberapa menit
-      Bula/blister (+)
-      Tusukan  jarum รจ hiperestesia (rasa nyeri meningkat)


-      Penyembuhan 7-14 hari, tanpa meninggalkan jaringan parut
-      Komplikasi jarang terjadi, terkadang timbul infeksi sekunder pada luka

Derajat II b


(Mid Deep dermal)
-      Meluas keseluruh dermis
-      Folikel rambut mungkin utuh
-      Nyeri  timbul pd luka yg lebih superfisial
-      Warna  merah  muda
-      Tusukan  jarum => hipoestesia (rasa nyeri sedikit)
-      Blister/bula => tidak karakteristik

-   Penyembuhan kurang lebih 1 bulan.
-   Membutuhkan debridement untuk mengangkat jaringan mati.
-       
Derajat III
(Full Thickness)
Meluas mulai dari epidermis, dermis dan subkutis
-       
-      luka kering & warna putih (waxy white)
-      tusukan jarum => anestesi (tdak berasa)
-      Vena dan kapiler mungkin hangus +
=> aliran darah
-   Memerlukan waktu yang berbulan-bulan
-   Membentuk jaringan parut dan jaringan tampak seperti kulit yang keras
-       
Derajat IV
Meluas ke otot, tulang, dan jaringan dalam



Gambar :
LB Derajat I                                 LB Derajat II a                                           LB Derajat II b
Mengenai epidermis               Meluas ke epidermis dan                                Meluas keseluruh dermis
kedalam lapisan dermis                                  Folikel rambut mungkin utuh
 
hasil operasi 132
 



LB Derajat III                                                              LB Derajat IV
      Meluas mulai dari epidermis, dermis dan subkutis                                   Meluas ke otot, tulang, dan
Picture 042
 
                                                                                                                                    jaringan dalam


msotw9_temp0
 
 










1.1.3              Penentuan Luas Luka Bakar
Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Pada orang dewasa digunakan “Rumus 9” dikenal dengan rumus “Rule of Nine” yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, perut, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%, sisanya 1% adalah daerah genitalia.  Pada anak dan bayi digunakan digunakan rumus yang lain karena luas relatif permukaan kepala anak lebih besar. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal dengan rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20 untuk anak. Pada  anak : kepala, leher 15%, badan depan dan belakang masing-masing 20%, ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10%, ekstremitas bawah kanan dan kiri masing-masing 15%.
msoEB9EB
Anak-anak => Lund & Browder

 
mso52319 

Beratnya luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka bakar. Walaupun demikian, beratnya luka bergantung pada dalam, luas dan letak luka. Umur dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis. Selain dalam dan luasnya luka bakar, prognosis dan penanganan ditentukan oleh letak luka, usia dan keadaan kesehatan penderita. Perawatan daerah perineum, ketiak, leher dan tangan sulit, antara lain karena mudah mengalami kontraktur, lanjut daya kompensasinya lebih rendah, maka bila terbakar digolongkan ke dalam golongan berat.
1.2       ETIOLOGI LUKA BAKAR
            Penyebab luka bakar tersering adalah terbakar api langsung yang dapat dipicu atau diperparah dengan adanya cairan yang mudah terbakar seperti bensin, cairan dari tabung pemantik api, yang akan menyebabkan luka bakar pada seluruh atau sebagian tebal kulit. Pada anak, kurang lebih 60%  luka bakar yang disebabkan oleh air panas yang terjadi pada kecelakaan rumah tangga,  pada umumnya meruoakan luka bakar superfisial, tetapi dapat juga mengenai seluruh ketebalan kulit (derajat tiga).
Penyebab luka bakar lainnya adalah pajanan dari sinar matahari, listrik maupun bahan kimia. Bahan kimia ini bisa berupa asam atau basa kuat. Asam kuat menyebabkan nekrosisi koagulasi, denaturasi protein, dan rasa nyeri yang hebat. Asam hirofluorida mampu menembus jaringan sampai kedalam dan menyebabkan toksisitas sistemik yang fatal, bahkan pada luka yang sekecil sekalipun. Alkali atau basa kuat yang banyak terdapat dalam rumah tangga antara lain pemutih pakaian (bleaching), berbagai cairan pembersih, dll. Luka bakar yang disebabkan basa kuat akan menyebabkan jaringan mengalami nekrosis yang mencair (liquevactive necrosis). Kemampuan alkali menembus jaringan lebih kaut lebih dalam dari pada asam, kerusakan jaringan lebih berat karena sel mengalami dehidrasi terjadi denaturasi protein dan kolagen. Rasa sakit baru timbul belakangan sehingga penderita sering terlambat datang untuk berobat dan kerusakan jaringan sudah meluas. Selain penyebab di atas juga ada yang disebabkan oleh suhu dingin dan radiasi.
1.2.1    Manifestasi Klinis Luka Bakar
1.2.2    Tanda dan gejala luka bakar berdasarkan derajat luka bakar:
Luka bakar derajat 1 (superficial thickness burn)
Yaitu jika luka bakar hanya mengenai lapisan kulit paling luar (epidermis).Tanda dan gejalanya hanya berupa kemerahan (eritema), pembengkakan dan disertai rasa nyeri pada lokasi luka. Tidak dijumpai adanya lepuhan (blister). Kebanyakan luka bakar akibat radiasi sinar ultra violet (sunburn) termasuk dalam luka bakar derajat 1.
Luka bakar derajat 2 (partial thickness burn)
Yaitu jika luka bakar mengenai epidermis hingga lapisan kulit di bawahnya (dermis).Luka bakar derajat 2 dibagi menjadi:
a.         Luka bakar derajat 2 dangkal (superficial partial thickness burn),
jika luka bakar mengenai hingga lapisan dermis bagian atas. Tanda dan gejalanya berupa kemerahan(eritema), tampak ada lepuhan (blister), yaitu gelembung yang berisi cairan, dan disertai rasa nyeri.
b.         Luka bakar derajat 2 dalam (deep partial thickness burn),
jika luka bakar mengenai hingga lapisan dermis bagian bawah.Tanda dan gejalanya berupa kemerahan (eritema), tampak ada lepuhan (blister), tetapi kadang-kadang tidak disertai rasa nyeri jika ujung saraf sudah rusak.
2.         Luka bakar derajat 3 (full thickness burn)
Yaitu jika luka bakar mengenai seluruh lapisan kulit (epidermis, dermis dan jaringan subkutan).Tanda dan gejalanya berupa luka bakar yang tampak putih pucat atau justru tampak hangus, dan kadang-kadang disertai jaringan nekrotik yang keras berwarna hitam, tetapi tanpa disertai rasa nyeri karena ujung saraf sudah rusak. Tidak tampak ada lepuhan (blister). Pada luka bakar derajat 3, kapiler darah, folikel rambut dan kelenjar keringat juga sudah rusak. Biasanya luka bakar derajat 3 dikelilingi oleh luka bakar derajat 1 dan 2. Luka bakar yang sangat berat dapat mengenai otot dan tulang.
1.2.3    Tanda dan gejala lainnya
yang dapat timbul jika saluran pernapasan juga terpapar api atau korban menghirup asap, antara lain: rambut hidung tampak hangus, lendir hidung berwarna hitam, perubahan suara, batuk, mengi, hingga kesulitan bernapas.
1.2.4    Luas Luka Bakar
            Perhitungan luas luka bakar berdasarkan “rule of nine” dan wallace:
            Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luasseluruh tubuh. pada orang dewasa digunakan “rumus 9”, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, perut pinggang, dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, paha kanan, tungkai dan kiri masing-masing 9%, sisanya 1% adalah daerah genetalia. Rumus ini membantu untuk menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang dewasa.
            Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20 untuk anak-anak.
            Untuk anak, kepala dan leher 15%, badan depan dan belakang masing-masing 20%, ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10 %, ekstremitas bawah kanan dan kiri masing-masing 15%.
1.2.5    Pembagian Luka Bakar:
1.         Berat atau kritis :
a.         Derajat 2 : lebih 25%
b.         Derajat 3 : lebih dari 10% atau terdapat di muka, tangan dan kaki
c.         Luka bakar disertai trauma jalan nafas atau jaringan lunak luas, fraktura.
d.         Luka bakar akibat listrik
2.         Sedang:
a.         Derajat 2 : 15-25%
b.         Derajat 3 : kurang dari 10%, kecuali muka, tangan dan kaki.
3.         Ringan :
a.         Derajat 2: kurang dari 15%
1.2.6    Indikasi Rawat Inap:
1.         Derajat 2 : lebih dari 15% pada orang dewasa dan lebih 10% pada anak.
2.         Derajat 2 : pada muka, tangan, kaki dan perineum.
3.         Derajat 3 : lebih dari 2% pada orang dewasa dan setiap derajat 3 pada anak
4.         Luka bakar yang disertai visera, tulang dan jalan nafas.
1.3 Patofisiologi luka bakar
Kulit adalah organ terluar tubuh manusia dengan luas 0,025 m2 pada anak baru lahir sampai 1 m2 pada orang dewasa.Apabila kulit terbakar atua terpajan suhu tinggi,pembuluh kapiler dibawahnya,area sekitarnya dan area yang jauh sekalipun akan rusak dan menyebabkan permeabilitasnya meningkat.Terjadilah kebocoran cairan intrakapilar ke interstisial sehingga terjadi udem dan bulla yang mengandung banyak elektrolit.Rusaknya kulit akibat luka bakar akan mengakibatkan hilangnya fungsi kulit sebagai barier dan penahan penguapan.
Kedua penyebab diatas dengan cepat menyebabkan berkurangnya cairan intravaskular.Pada luka bakar yang luasnya kurang dari 20%, mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya.Bila kulit yang tebakar luas (lebih dari 20%),dapat terjadi shock hipovolemik disertai gejala yang khas,seperti gelisah,pucat,dingin,berkeringat,nadi kecil dan cepat,tekanan darah menurun,dan produksi urin berkurang.Pembengkakan terjadi perlahan,maksimal terjadi setelah 8 jam.
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi.sel darah yang ada didalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia.
Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi diwajah,dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas karna gas,asap,atau uap panas yang terhirup.Udem laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala sesak napas,takipnea,stridor,suara parau,dan dahak berwarna gelap akibat jelaga.
Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya.Karbonmonoksida sangat kuat terikat dengan hemoglobin sehingga hemoglobin tidak mampu lagi mengikat oksigen.Tanda keracunan ringan yaitu lemas,bingung,pusing,mual,dan muntah.Pada keracunan yang berat terjadi koma.bila lebih dari 60% hemoglobin terikat CO,penderita dapat meninngal.
Setelah 12-24 jam permeablitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi serta penyerapan kembali cairan dari ruang interstisial ke pembuluh darah yang ditandai dengan meningkatnya diuresis.
Luka bakar umumnya tidak steril.Kontaminasi pada kulit mati yang merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman,akan mempermudah infeksi.Infeksi ini sulit diatasi karena daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh kapiler yang mengalami trombosis.Padahal,pembuluh ini membawa sistem pertahanan tubuh atau antibiotik.Kuman penyebab infeksi pada luka bakar,selain berasal dari kulit penderita sendiri,juga dari kontaminasi kuman saluran napas dan kontaminasi kuman dilingkungan rumah sakit.Infeksi nosokomial* biasanya sangat berbahaya karena kumannya banyak yang sudah resisten terhadap berbagai antibiotik.
Pada awalnya,infeksi biasanya disebabkan oleh kokus gram positif yang bersal dari kulit sendiri atau dari saluran napas,tapi kemudian dapat terjadi invasi kuman gram negatif. pseudomonas aeruginosa  yang dapat menghasilkan eksotoksin protease dan toksin lain yang berbahaya,terkenal sangat agresif dalam invasinya pada luka bakar.infeksi pseudomonas dapat dilihat dari warna hijau pada kasa penutup pada luka bakar.Kuman memproduksi enzim penghancur keropeng yang bersama dengan eksudasi oleh jaringan granulasi membentuk nanah.
Infeksi ringan dan noninvasif (tidak dalam) ditandai dengan keropeng yang mudah terlepas dengan nanah yang banyak.infeksi yang invasif ditandai dengan keropeng yang kering dengan  perubahan jaringan ditepi keropeng ang mula-mula sehat menjadi nekrotik : Akibatnya ,luka bakar yang mula-mula derajat 2 menjadi derajat 3.Infeksi kuman menimbulkan vaskulitis pada pembuluh kapiler dijaringan yang terbakar dan menimbulkan trombosis.
Bila penderita dapat mengatasi infeksi,luka bakar derajat 2 dapat sembuh dengan meninggalkan cacat berupa parut.Penyembuhan ini dimulai dari sisa elemen epitel yang masih vital,misalnya sel kelenjar sebasea ,sel basal,sel pembuluh keringat,atau sel pangkal rambut.Luka bakar derajat 2 yang dalam mungkin meninggalkan parut hipertrofik yang nyeri,gatal,kaku,dan secara eksterik sanagt jelek.
Luka bakar derajat 3 yang dibiarkan sembuh sendiri akan mengalami kontraktur.Bila ini terjadi di persendian; fungsi sendi dapat berkurang atau hilang.
Pada luka bakar berat dapat ditemukan ileus paralitik.Pada fase akut,peristaltis usus menurun atau berhenti karena syok.Juga peristalsis dapat menurun karena kekurangan ion Kalium.
Stres atau beban faali serta hipoperfusi daerah splangnikus pada penderita luka bakar berat dapat menyebabkan terjadinya tukak dimukosa lambung atau duodenum dengan gejala yang sama dengan gejala tukak peptik.Kelainan ini dikenal sebagai tukak curliung atau stres ulcer.Aliran darah kelambung berkurang sehinga terjadi iskemia mukosa.Bila keadaan ini berlanjut,dapat timbul ulkus akibat nekrosis mukosa lambung.Yang dikhawatirkan pada tukak curling ini adalah penyulit pendarahan yang tampil sebagai hematemesis dan /atau melena.
Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme sehingga keseimbangan protein menjadi negatif.Protein tubuh banyak hilang karena eksudasi,metabolisme tinggi dan mudah terjadi infeksi.Penguapan berlebihan dari kulit yang rusak juga memerlukan kalori tambahan.Tenaga yang diperlukan tubuh pada fase ini terutama didapat dari pembakaran protein dari otot skelet.Oleh karena itu,penderita menjadi sangat kurus,otot mengecil,dan berat badan menurun.Kecacatan akibat luka bakar bisa sangat hebat,terutama bial mengenai wajah.Penderita mungkin mengalami beban kejiwaan berat akibat cacat tersebut,sampai bisa menimbulkan gangguan jiwa yang disebut schizophrenia postburn.
1.4              Diagnosa, Pemeriksaan Fisik, dan Pemeriksaan Penunjang Luka Bakar
1.4.1           Diagnosa
                   Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala dan pemeriksaan fisik.
Diagnosis luka bakar  harus meliputi:
1.                Etiologi
2.                Derajat luka bakar
3.                Luas luka bakar  
1.4.2           Diagnosis luka Bakar
Berdasar :
1. Luas luka bakar
2. Derajat (kedalaman) luka bakar
3. Lokalisasi
4. Penyebab:
Panas bukan merupakan satu-satunya penyebab dari luka bakar, beberapa jenis bahan kimia dan arus listrik juga bisa menyebabkan terjadinya luka bakar.
Biasanya bagian tubuh yang terbakar adalah kulit, tetapi luka bakar juga bisa terjadi pada jaringan di bawah kulit, bahkan organ dalampun bisa mengalami luka bakar meskipun kulit tidak terbakar.

Sebagai contoh, meminum minuman yang sangat panas atau zat kaustik (misalnya asam) bisa menyebabkan luka bakar pada kerongkongan dan lambung. Menghirup asap dan udara panas akibat kebakaran gedung bisa menyebabkan terjadinya luka bakar pada paru-paru.
Luka bakar listrik bisa disebabkan oleh suhu diatas 4982? Celsius, yang dihasilkan oleh suatu arus listrik yang mengalir dari sumber listrik ke dalam tubuh manusia. Resistensi (kemampuan tubuh untuk menghentikan atau memperlambat aliran listrik) yang tinggi terjadi pada kulit yang bersentuhan dengan sumber listrik, karena itu pada kulit tersebut banyak energi listrik yang diubah menjadi panas sehingga permukaannya terbakar.
Luka bakar listrik juga menyebabkan kerusakan jaringan dibawah kulit yang sangat berat. Ukuran dan kedalamannya bervariasi dan bisa menyerang bagian tubuh yang jauh lebih luas daripada bagian kulit yang terluka.
Kejutan listrik yang luas bisa menyebabkan kelumpuhan pada sistem pernafasan dan gangguan irama jantung sehingga denyut jantung menjadi tidak beraturan.
Luka bakar kimia bisa disebabkan oleh sejumlah iritan dan racun, termasuk asam dan basa yang kuat, fenol dan kresol (pelarut organik), gas mustard dan fosfat.
1.4.3           Pemeriksaan Fisik
◦ Keadaan umum : Tanda – tanda vital, pernafasan
◦ Tentukan lokasi luka bakar
◦ Tentukan luas luka bakar ( sistem 9 )
Pemeriksaan penunjang
1.    DPL
2.    Ureum dan elektrolit
3.    Jika curiga trauma inhalasi: rontgen toraks, gas darah arteri, perkiraan CO
4.    Golongan darah dan cross match
5.    EKG/enzim jantung dengan luka bakar  listrik
1.5       PENATALAKSANAAN LUKA BAKAR
           Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada tubuh,misalnya dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen pada api yang menyala .Korban dapat mengusahakannya dengan cepat menjatuhkan diri dan berguling agar bagian pakaian yang terbakar tidak meluas .kontak dengan bahan yang panas juga harus cepat di akhiri ,misalnya dengan mencelupkan bagian yang terbakar atau menceburkan diri ke air dingin ,atau melepaskan baju yang tersiram air panas.
           Pertolongan pertama setelah sumber panas dihilangkan adalah merendam daerah luka bakar dalam air atau menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas menit.Upaya pendinginan ini,dan upaya mempertahankan suhu dingin pada jam pertama akan menghentikan proses koagulasi protein sel dijaringan yang terpajan suhu tinggi yang akan terus berlangsung walaupun api telah dipadamkan ,sehingga destruksi tetap meluas.Oleh karena itu ,merendam bagian -bagian yang terbakar selama lima belas menit pertama dalam air sangat bermanfaat untuk menurunkan suhu jaringan sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil ,luka yang sebenarnya menuju derajat dua dapat berhenti pada derajat satu,atau luka yang akan menjadi tingkat tiga dihentikan pada tingkat dua atau satu.Pencelupan atau penyiraman dapat dilakukan dengan air apa saja yang dingin,tidak usah steril.
Pada luka bakar ringan,prinsip penanganan utama adalah mendinginkan daerah yang terbakar dengan air,mencegah infeksi dan memberi kesempatan  sisa-sisa sel epitel untuk berproliferasi,dan menutup permukaan luka.Luka dapat dirawat secara tertutup dan terbuka.
Pada luka bakar luas dan dalam ,pasien harus segera dibawa kerumah sakit terdekat yang punya tenaga terlatih dan unit luka bakar yang memadai untuk penanganan luka bakar tersebut.Dalam perjalanan penderita sudah dilengkapi dengan infuse dan penutup kain yang bersih serta mobil ambulans atau sejenisnya yang bisa membawa penderita dalam posisi tidur(Telentang/telungkup).
Walaupun terdapat trauma penyerta,luka bakarlah yang paling berpotensi menimbulkan mortalitas dan morbiditas.Jika trauma penyerta yang lebih berpotensi tinggi menimbulkan mortalitas dan morbiditas,pasien distabilkan terlebih dahulu ditrauma center sebelum ditransfer ke unit luka bakar.
Pasien anak sebaiknya tidak dirawat dirumah sakit  yang tidak memiliki petugas dan fasilitas pelayanan pediatric yang memadai,demikian juga penderita luka bakar yang memerlukan penanganan khusus masalah emosional dan sosial atau memerlukan tindakan rehabilitative khusus.
Pada luka bakar berat,selain penanganan umum seperti pada luka bakar ringan,kalau perlu dilakukan resusitasi segera bila penderita menunjukkan gejala syok. Bila penderita menunjukkan gejala terbakarnya jalan napas ,diberikan campuran udara lembab dan oksigen.Kalau terjadi udem laring ,dipasang pipa endotrakea atau dibuat trakeostomi.Trakeostomi berfungsi untuk membebaskan jalan napas,mengurangi ruang mati dan memudahkan pembersihan jalan napas dari lender atau kotoran .Bila ada dugaan keracunan CO,segera diberikan oksigen murni.
Luka akibat asam hidrofluorida perlu dilavase(cuci bilas) sebanyak-banyaknya dan diberi gel kalsium glukonat tropical.Pemberian kalsium sistemik juga diperlukan karena asam hidrofluorida mengendapkan kalsium pada luka bakar.
Perawaan local adalah mengoleskan luka dengan antiseptic dan membiarkannya terbuka untuk perawatan terbuka atau menutupnya dengan pembalut steril untuk perawatan  tertutup.Kalau perlu ,penderita dimandikan dahulu.
1.5.1    Pemberian Cairan intravena:
Sebelum infuse diberikan ,luas dan dalamnya luka bakar harus ditentukan secara teliti.kemudian ,jumlah cairan infuse yang akan diberikan dihitung .Ada beberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan ini.
1.5.2    Cara evans adalah sebagai berikut :
1).luas luka dalam persen x berat badan dalam kg menjadi mL Nacl per 24 jam.
2).Luas luka dalam persen x berat badan dalam kg menjadi mL plasma per 24 jam. Keduanya merupakan pengganti cairan hilang akibatya udem.Plasma diperlukan untuk mengganti plasma yang keluar dari pembuluh dan meninggikan tekanan osmosis sehingga mengurangi perembasan keluar dan menarik kembali cairan yang telah keluar .
3).Sebagai pengganti cairan yang hilang akibat penguapan ,diberikan 2.000cc glukosa 5% per 24 jam.
Separuh jumlah 1+2+3 di berikan dalam 8 jam pertama.sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya .Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan  ini pertama.Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama.Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.Penderita mula-mula dipuaskan karena peristalsis usus terhambat pada keadaan pasyok,dan mulai diberikan minum segera setelah fungsi usus normal kembali.Kalau dieresis pada hari ketiga memuaskan dan penderita dapat minum tanpa kesulitan,infuse dapat dikurangi,bahkan dihentikan .
Cara lain yang banyak di pakai dan lebih sederhana adalah menggunakan rumus Baxter,yaitu luas luka bakar dalam  persen x berat badan dalam kg x 4 ml larutan ringer.
Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 16 jam.Hari pertama terutama diberikan kristaloid yaitu larutan ringer-laktat.Hari kedua diberikan setengah cairan hari pertama.
Pemberian cairan dapat ditambah(jika perlu),misalnya bila penderita dalam keadaan syok,atau jika diuresis kurang.Untuk itu,pemantauan yang ketat sangat penting,karena fluktuasi perubahan keadaan sangat cepat terutama pada fase awal luka bakar.
Besarnya kehilangan cairan pada luka bakar luas disertai resusitasi yang tidak betul dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit .Hiponatremia sebagai gejala keracunan air dapat menyebabkan udem otak dengan tanda kejang-kejang.Kekurangan ion K akibat banyaknya kerusakan sel dapat diketahui dari EKG yang menunjukkan depresi segmen ST atau gelombang U.Ketidakseimbangan elektrolit ini juga harus dikoreksi namun bukan menjadi prioritas utama dalam resusitasi cairan emergensi manajemen primer pasien trauma.
1.5.3    Obat-obatan :
Antibiotik sistemik spectrum luas diberi kan untuk mencegah infeksi .Yang banyak dipakai adalah golongan aminoglikosida yang efektif terhadap pseudomonas.Bila ada infeksi ,antibiotic diberikan berdasarkan hasil biakan dan uji kepekaan kuman.Tercantum pada table diberikan secara rutin
Minuman di berikan pada penderita luka bakar

-Segera setelah peristalsis menjadi normal
-Sebanyak 25 mL/hari
-Sampai dieresis sekurang-kurangnya mencapai 30mL/jam

Makanan diberikan oral pada penderita luka bakar:

-Segera setelah dapat minum tanpa kesulitan
-Sedapat mungkin 2500 kalori/hari
-Sedapat mungkin mengandung 100-150 gr protein/hari

Sebagai tambahan diberikan setiap hari:

-Vitamin A,B dan D
-Vitamin C 500 mg
-Fe sulfat 500 mg
-mukoprotektor

Untuk mengatasi nyeri ,paling baik diberikan opiate melalui intravena dalam dosis serendah mungkin yang bisa menghasilkan analgesia yang adekuat namun tanpa disertai hipotensi.
Selanjutnya,diberikan pencegahan tetanus berupa ATS dan atau toksoid.
Nutrisi:Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan keseimbangan nitrogen yang negative pada fase katabolisme,yaitu sebanyak 2.500-3.000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi.
Pada masa kini,tiap unit luka bakar sudah menerapkan pemberian dini nutrisi enteral melalui selang nasogastrik untuk mencegah terjadinya ulkus curling dan memenuhi kebutuhan status hipermetabolisme yang terjadi pada fase akut luka bakar.Nutrisi enternal ini diberikan melalui selang nasogastrik yang sekaligus berfungsi untuk mendekompresi lambung.
Penderita yang sudah mulai stabil keadaannya memerlukan fisioterapi untuk memperlancar peredaran darah dan mencegah kekuatan sendi .Kalau perlu ,sendi diistrahatkan dalam posisi fungsional dengan bidai.
1.5.4    Penanganan Lokal
Luka bakar derajat satu dan dua yang menyisakan elemen epitel berupa kelenjar sebasea,kelenjar keringat ,atau pangkal rambut,dapat diharapkan sembuh sendiri,asal dijaga supaya elemen epitel tersebut tidak hancur atau rusak karena infeksi.Pada luka lebih dalam perlu diusahakan secepat mungkin membuang jaringan mati dan member obat topical yang daya tembusnya tinggi sampai mencapai dasar jaringan mati.Perawatan setempat dapat dilakukan secara terbuka atau tertutup.
Masih banyak kontroversi dalam pemakaian obat-obatan topical,tetapi yang penting obat topical tersebut membuat luka bebas infeksi,mengurangi rasa nyeri,bisa menembus eskar dan mempercepat epitalasi.Ada beberapa jenis obat yang dianjurkan seperti golongan silver sulfadiazine dan yang terbaru MEBO(moist exposure burn ointment).
Obat topical yang dipakai dapat berbentuk larutan,salep,atau krim.Antibiotik dapat diberikan dalam bentuk sediaan kasa.Antiseptik yang dipakai adalah yodium povidon atau nitras-argenti 0,5%.Kompres nitras-argenti yang selalu dibasahi tiap 2 jam efektif sebagai bakteriostatik untuk semua kuman.Obat ini mengendap sebagai garam sulfide atau klorida yang memberi warna hitam sehingga mengotori semua kain.Krim silver sulfadiazine  1% sangat berguna karena bersifat bakteriostatik,mempunyai daya tembus yang cukup ,efektif terhadap semua kuman,tidak menimbulkan resistensi dan aman.Krim ini dioleskan tanpa pembalut,dan dapat dibersihkan dan diganti setiap hari.
Keuntungan perawatan terbuka adalah mudah dan murah.Permukaan luka yang selalu terbuka menjadi dingin dan kering sehingga kuman sulit berkembang.kerugiannya,bila digunakan obat tertentu,misalnya nitras-argenti,alas tidur menjadi kotor.penderita dan keluarga pun merasa kurang enak karena melihat luka yang tampak kotor.Sedapat mungkin luka dibiarkan terbuka setelah diolesi obat.
Perawatan tertutup dilakukan dengan memberikan balutan yang dimaksudkan untuk menutup luka dari kemungkinan kontaminasi,tetapi tutupnya sedemikian  rupa sehingga masih cukup longgar untuk berlangsungnya penguapan.Keuntungan perawatan tertutup adalah luka tampak rapi,terlindung dan enak bagi penderita .Hanya diperlukan tenaga dan dana lebih banyak karena dipakaianya banyak pemablut dan antiseptic kadang suasana luka yang lembap dan hangat memungkinkan kuman untuk berkembang biak.Oleh karena itu ,bila pembalut melekat pada luka,tetapi tidak bebrbau,sebaliknya jangan dilepaskan,tetapi ditunggu sampai terlepas sendiri .sedapat mungkin luka ditutup kasa penjerap setelah itu dibubuhi dan dikompres dengan antiseptic.
1.5.5    Tindakan  Bedah
Pemotongan eskar atau eskarotomi dilakukan pada luka bakar derajat tiga yang melingkar pada ekstremitas atau tubuh karena pengerutan keropeng dan pembengkakan yang terus berlangung dapat mengakibatkan penjepitan yang membahayakan sirkulasi sehingga bagian distal bisa mati.Tanda dini penjepitan adalah nyeri ,kemudian kehilangan daya rasa sampai kebas pada ujung-ujung distal.Keadaan ini harus cepat ditolong dengan membuat irisan memanjang yang membuka keropeng sampai penjepitan terlepas.
Debrideman diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati dengan jalan eksisi tangensial.Tindakan ini dilakukan sesegera mungkin setelah keadaan penderita menjadi stabil karena eksisi tangensial juga menyebabkan perdarahan .Biasanya eksisi dini ini dilakukan pada hari ke-3 sampai hari ke-7,dan pasti boleh dilakukan pada hari ke-10,eksisi tangensial sebaiknya tidak dilakukan lebih dari 10% luas permukaan tubuh,karena dapat terjadi perdarahan yang cukup banyak.
Luka bakar yang telah dibersihkan atau luka granulasi dapat ditutup dengan skin graft yang umumnya diambil dari kulit penderita sendiri (skin graft autologus).Penutupan luka bakar dengan bahan biologis seperti kulit mayat atau kulit binatang atau amnion manusia dapat dilakukan jika terdapat keterbatasan luas kulit penderita atau keadaan penderita terlalu payah. Walaupun kemungkinan ditolak,bahan tersebut dapat berfungsi sementara sebagai penghalang penguapan berlebihan ,pencegahan infeksi yang lebih parah,dan mengurangi nyeri,namun sedikit demi sedikit penutup sementara ini harus diganti dengan kulit penderita sendiri sebagai penutup permanen .
Sebaiknya pada penderita luka bakar derajat dua dalam dan derajat tiga dilakukan skin grafting untuk mencegah terjadinya keloid dan jaringan parut yang hipertropik.Skin grafting dapat dilakukan sebelum hari kesepuluh ,yaitu sebelum timbulnya jaringan granulasi.
Saat ini telah banyak terdapat material pengganti kulit(skin substitute) yang dapat digunakan jika skin grafting tidak bisa dilakukan.Skin substitute ini antara lain integra,aloderm,dan dermagraft.Aloderm adalah dermis manusia yang elemen-elemen epitelnya telah dibuang sehingga secara teoritis bersifat antigen ,dan berfungsi sebagai kerangka pengganti dermis.Dermagraft merupakan hasil pembiakan fibrolas tneonatus yang digabung dengan membrane silicon,kolagen babi,dan jaring nilon.Setelah dua minggu  membrane silicon dikelupas dan digantikan dengan STSG(split thickness skin graft),Integra merupakan analog dermis yang terbuat dari lapisan kolagen dan kondroitin di tambah lapisan silicon tipis.
1.6              Prognosis dan komplikasi luka bakar
1.6.1           Prognosis
Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dn luasnya permukaan luka bakar dan penenganan syok hingga penyembuhan. Selain itu faktor letak daerah terbakar, usia, dan keadaan kesehatan penderita juga turut menentukan kecepetaan kesembuhan. Luka bakar pada daerah perinium, ketiak, leher, dan tangan sulit dalam perawatannya, karena mudah mengalami kontraktur.
1.                Kedalaman luka bakar
2.                Derajat I (luka bakar superfisial)
Luka bakar hanya terbatas pada lapisan epidermis. Luka bakar dengan derajat ini ditandai dengan kemerahan yang biasanay akan sembuh tanpa jaringan parut dalam waktu 5-7 hari.
1.                Derajat II (luka bakar dermis)
Luka bakar derajat dua mencapai kedalaman dermis tapi masih ada elemen epitel yang tersisa seperti sel epitel basal, klenjar sebasea, kelenjar keringat, folikel rambut, sehingga luka akan sembuh dengan waktu 10-21 hari.
Luka bakar derajat II dibedakan menjadi :
a.                Derajat II dangkal, dimana kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis dan penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 5-10 hari.
b.                Derajat II dalam, dimana keruskan mengenai hampir seluruh baggian dermis. Bila kerusakn lebih dalam mengenai dermis subyektif dirasakan nyeri. Penyembuhan yang terjadi lebih lama tergantung pada bagian yang memiliki kemampuan reproduksi.
2.                Derajat III
Luka bakar meliputi seluruh kedalaman kuli, mungkin subkulit, atau organ yang lebih dalam. Oleh karena itu tidak ada lgi epitel yang hidup maka untuk mendapatkan kesembuhan harus dilakukan cangkok kulit. Koagulasi protein yang terjadi berwarna puith, tidak ada bula, dan tidak ada nyeri.
1.6.2     Komplikasi
1.6.2.1   Hipertropi jaringan parut.
Terbentuknya hipertropi jaringan parut pada luka bakar dipengaruhi oleh :
a)    Kedalaman luka bakar
b)    Sifat kulit
c)    Usia pasien
d)    Lamanya waktu penutupan kulit
e)    Penanduran kulit
Jaringan kulit menglami pembetukan secara efekif pada sebulan post luka, dengan warna berubah menjadi merah – merah tua – sampai coklat dan teraba keras, setelah 12-18 bulan jaringan parur akan matur dan warna coklat muda akan teraba lembut / lemas.
1.6.2.2        Kontraktur
Kontaktur dapat menyebabkan gangguan fungsi pergerakan. Beberapa tindakan yang dapat mencegah kontraltur adalah :
a)    Pemberian posisi yang baik dan benar sejak dini
b)    Ambulasi yang dilakukan pada 2-3 kali/hari segera mungkin pada pasien yang terpasang alat invasive, molisasi dibantu.
c)    Pressure garment adalah pakaian yang dapat memberikan tekanan yang bertujuan menekan timbulnya hipertropi scar (menghambat mobilisasi dan mendukung terjadinya kontrakatur )
1.7              Sistem rujukan
1.7.1           Definisi sistem rujukan
Sistem rujukan adalah suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun horisontal, kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan dilakukan secara rasional.
Tantangan yang harus dihadapi pada sistem rujukan dokter keluarga di indonesia adalah terkait uu no.29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran. Kewajiban dokter ialah merujuk ke dokter atau dokter gigi lain yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan (pasal 51)
1.7.2           Klasifikasi sistem rujukan
1.                Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari  : rujukan internal dan rujukan    eksternal.
a.                rujukan internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke puskesmas induk
b.                rujukan eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal  (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).
2.                Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan medik dan rujukan kesehatan.
1.7.3           Rujukan medis
Merupakan bentuk pelimpahan wewenang dan tanggung jawab untuk masalah kedokteran. Tujuannya adalah untuk mengatasi problem kesehatan, khususnya kedokteran serta memulihkan status kesehatan pasien.
1.7.4           Jenis-jenis rujukan medis :
1.7.4.1        rujukan pasien
Merupakan penatalaksanaan pasien dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata yang lebih sempurna atau sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut.

1.                rujukan ilmu pengetahuan
Merupakan pengiriman dokter atau tenaga kesehatan yang lebih ahli dari strata pelayanan kesehatan yang lebih mampu untuk bimbingan dan diskusi atau sebaliknya, untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan.
2.                rujukan bahan pemeriksaan laboratorium
Merupakan bahan pengiriman bahan-bahan laboratorium dari strata pelayan kesehatan yang kurang mampu ke strata yang lebih mampu, atau sebaliknya untuk tindak lanjut.
1.7.4.2    Rujukan kesehatan
Merupakan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab untuk kesehatan masyarakat. Dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan dan ataupun mencegah penyakit yang ada di masyarakat.
Jenis-jenis rujukan kesehatan adalah :
a)    rujukan tenaga
b)    Merupakan pengiriman dokter/tenaga kesehatan dari strata pelayanan kesehatan yang lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk menanggulangi masalah kesehatan yang ada di masyarakat atau sebaliknya, untuk pendidikan dan latihan.
c)    rujukan sarana
d)    Pengiriman berbagai peralatan medis/ non medis dari strata pelayanan kesehatan yg lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk menanggulangi masalah kesehatan di masyarakat, atau sebaliknya untuk tindak lanjut
e)    rujukan operasional
Pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penanggulangan masalah kesehatan
Masyarakat dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata pelayanan kesehatan yang lebih mampu atau sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut.
1.7.5           Alur rujukan kasus kegawat daruratan :
Dalam rangka pelaksanaan rujukan diperhatikan hal-hal yang menyangkut tingkat kegawatan penderita, waktu dan jarak tempuh sarana yang dibutuhkan serta tingkat kemampuan tempat rujukan.
1. Dari kader
Dapat langsung merujuk ke :
a)    Puskesmas pembantu
b)    Pondok bersalin atau bidan di desa
c)    Puskesmas rawat inap
d)    Rumah sakit swasta / rs pemerintah
2. Dari posyandu
Dapat langsung merujuk ke :
a)    Puskesmas pembantu
b)    Pondok bersalin atau bidan di desa
3.  Dari puskesmas pembantu
                 Dapat langsung merujuk ke rumah sakit kelas d/c atau rumah sakit swata
4.  Dari pondok bersalin
     Dapat langsung ke rumah sakit kelas d/c atau rumah sakit swasta
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merujuk pasien :
1.  Pada rujukan penderita gawat darurat, batas wilayah administrasi (geografis) dapat diabaikan karena yang penting adalah penderita dapat pertolongan yang cepat dan tepat
2. Sedangkan untuk penderita yang tidak termasuk gawat darurat dilaksanakan sesuai dengan prosedur rujukan yang biasa sesuai hierarki fasilitas pelayanan
1.7.6             langkah – langkah rujukan :
Mekanisme
1.                Menentukan kegawatdaruratan penderita
2.                Pada tingkat kader
Bila ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri oleh keluarga/ kader/, maka segera dirujuk kefasilitas pelayanan kesehatan terdekat, oleh karena mereka belum tentu dapat menetapkan tingkat kegawatdaruratan.
3.                Pada tingkat bidan di desa
Puskesmas pembantu dan puskesmas tenaga kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus dapat menentukan tingkat kegawatandaruratan kasus yang ditemui. Sesuai dengan wewenang dan tanggunga jawabnya, mereka harus menentukan kasus yang boleh ditangani sendiri dan kasus yang harus dirujuk.
2.  Menentukan tempat tujuan rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang mempunyai kewenangan dan terdekat. Termasuk fasilitas pelayanan swata dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.
3.  Pemberian informasi kepada penderita dan keluarganya
Penderita dan keluarganya perlu diberi informasi tentang perlunya penderita segera dirujuk untuk mendapat pertolongan fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu
4.  Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
Melalui telepon atau radio komunikasi disampaikan kepada tempat rujukan yang tuju untuk :
a)    Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk
b)    Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan selama dalam dalam perjalanan ke tempat tujuan
c)    Meminta petunjuk cara penanganan untuk menolong penderita bila penderita tidak mungkin dikirim.
5.  Persiapan penderita
a)    Sebelum dikirim, keadaan umum penderita harus diperbaiki terlebih dahulu. Keadaan umum perlu dipertahankan selama dalam perjalanan. Untuk itu obat-obatan yang diperlukan untuk mempertahankan keadaan umum perlu disertakan pada waktu pasien diangkut.
b)    Surat rujukan perlu disiapkan dengan format rujukan
c)    Dalam hal penderita gawat darurat maka seorang perawat/ bidan perlu mendampingi penderita dalam perjalanan untuk menjaga keadaan umum penderita
6.  Pengiriman penderita
Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu diupayakan kendaraan/ sarana transportasi untuk mengangkut penderita 
7.  Tindak lanjut penderita
A. Untuk penderita yang telah dikembalikan, dan memerlukan tindak lanjut, dilakukan tindakan dengan sarana yang diberikan
B. Bagi penderita yang memerlukan tindak lanjut tapi tidak melapor, maka dilakukan kunjungan rumah
Penggolongan tipe rumah sakit berdasarkan kemampuan rumah sakit tersebut memberikan playanan medis kepada pasien
Rumah sakit tipe a
Adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis luas oleh pemerintah ditetapkan sebagai rujukan tertinggi (top referral hospital) atau disebut pula sebagai rumah sakit pusat.
Rumah sakit tipe b
Adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas. Rumah sakit ini didirikan disetiap ibukota propinsi yang menampung pelayanan rujukan di rumah sakit kabupaten.
Rumah sakit tipe c
Adalah rumah sakit yang mapu memberikan pelayanan kedokeran spesialis terbatas. Rumah sakit ini didirikan disetiap ibukota kabupaten (regency hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari puskesmas.
Rumah sakit tipe d
Adalah rumah sakit yang bersifat transisi dengan kemampuan hanya memberikan pelayanan kedokteran umum dan gigi. Rumah sakit ini menampung rujukan yang berasal dari puskesmas.
Rumah sakit tipe e
Adalah rumah sakit khusus (spesial hospital) yang menyalenggarakan hanya satu macam pelayan kesehatan kedokteran saja. Saat ini banyak rumah sakit kelas ini ditemukan misal, rumah sakit kusta, paru, jantung, kanker, ibu dan anak.
1.7.7           Rujukan
a)    Keadaaan dimana luka bakar perlu untuk durujuk :
b)    Luka bakar partial thickness (superficial) dengan luas daerah >10%, kecuali luka bakar yang sangat superfisial
c)    Semua luka bakar full thickness, kecuali daerah yang sangat kecil
d)    Semua luka bakar yang mengenai wajah, mata, telapak tangan, telapak kaki, genitalia, perineum (sekitar anus) sekalipun daerah luka bakar kurang dari 5-10%
e)    Luka bakar yang melingkar
f)     Luka bakar oleh cairan kimia
g)    Luka bakar akibat aliran listrik (termasuk petir), disebabkan kerusakan jaringan dalam tubuh dapat terjadi akibat aliran listrik yang masuk ke dalam tubuh
h)    Luka bakar yang mencederai saluran napas
i)      Luka bakar pada usia kurang dari 12 bulan
j)      Luka bakar kecil pada pasien dengan permasalahan sosial, termasuk pada anak yang berisiko tinggi
Tipe luka bakar untuk derajat beratnya dan indikasi rawat inap di rumah sakit dapat dilihat pada tabel  derajat berat luka bakar dan kriteria rawat.
Derajat berat luka bakar dan kriteria rawat
                   Tipe luka bakar               
                   Minor / ringan       Moderate / sedang      Major / berat
Kriteria        <10% tbsa pada dewasa
<5% tbsa pada pasien muda dan tua*
<2% luka bakar seluruh lapisan          10-20% tbsa pada dewasa
5-10% tbsa pada pasien muda dan tua*
2-5% luka bakar seluruh lapisan
Luka listrik tegangan tinggi
Tersangka cedera luka bakar saluran napas
Luka bakar melingkar
Penyakit penyerta yang meningkatkan kemungkinan terkena infeksi (cth. Diabetes)         >20% tbsa pada dewasa
>10% tbsa pada pasien muda dan tua*
>5% luka bakar seluruh lapisan
Luka listrik tegangan tinggi
Diketahui luka bakar saluran napas.
Luka bakar yang jelas pada wajah, mata, telinga, genitalia atau persendian.
Luka bakar terkait dengan cedera lain yang berat (patah tulang, trauma berat)
Perawatan  Pasien rawat jalan            Perawatn rumah sakit Rujuk ke unit spesialis luka bakar
KESIMPULAN
Tindakan Pada luka bakar penanganan utama adalah merendam daerah luka bakar dalam air atau menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas menit.Upaya pendinginan ini,dan upaya mempertahankan suhu dingin pada jam pertama akan menghentikan proses koagulasi protein sel dijaringan yang terpajan suhu tinggi yang akan terus berlangsung walaupun api telah dipadamkan ,sehingga destruksi tetap meluas. merendam bagian -bagian yang terbakar selama lima belas menit pertama dalam air sangat bermanfaat untuk menurunkan suhu jaringan sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil ,luka yang sebenarnya menuju derajat dua dapat berhenti pada derajat satu,atau luka yang akan menjadi tingkat tiga dihentikan pada tingkat dua atau satu.
Obat-Obatan yang dapat diberikan yaitu:
IVFD RL atau NACL dan juga bisa Dextrons ( diberikan secara selang seling), Anti titanus (TT), Antibiotic golongan glikosida, Analgetik.
Cairan yang harus diberikan
Pemberian 6 jam pertama RL = 182 Gtt/detik, dan 16 jam ke dua diberikan RL 68,2 Gtt/detik.